Pernyataan berikut 100% benar:
“Berintegritas di Alterra sebenarnya mudah banget. Kita sudah punya integritas jika kita selalu jujur dan lurus—alias tidak pernah berniat kriminal dan berani melapor jika menemukannya. Di sisi lain, peraturan-peraturan di Alterra terus diperjelas dan diterapkan dengan tegas. Proses audit terus dilakukan, baik oleh internal maupun eksternal.”.
Tapi, pernyataan di atas juga masih kurang lengkap. Ada sisi lain dari integritas yang lebih sulit buat diwujudkan. Sebab, alih-alih terkait dengan prosedur yang jelas, sisi integritas ini berurusan dengan perasaan manusia dan standar moralitas yang seringnya subjektif. Contoh nyata pelanggarannya adalah bullying dan power abuse—sesuatu yang seringkali kita lakukan tanpa kita sadari.
Dalam hal ini, sosok yang terkenal di Alterra adalah Intan. Intan adalah seorang leader yang extrovert dan menyenangkan. Suaranya keras dan hobinya melawak. Kadang-kadang, lawakan Intan menyinggung perasaan rekan kerjanya.
Sebenarnya, dia tidak berniat menyakiti. Itu hal yang biasa di kampung tempat Intan tumbuh. Yang menarik dari Intan, setiap habis melawak dia selalu menyempatkan bertanya balik, apakah lawakannya berlebihan atau menyakiti hati.
Intan juga tipikal leader yang sangat ekspresif. Semua kemauannya akan diutarakan dengan penuh semangat. Energi dia untuk melobi dan bernegosiasi juga tinggi.
Mengetahui hal tersebut, Intan juga kerap jemput bola dengan mengontak Telegram lawan bicaranya untuk bertanya apakah cara dia sebelumnya membuat mereka kurang nyaman. Intan bahkan sampai meminta lawan bicaranya untuk juga menuliskan komplainnya ke PO.Box Intan, sehingga insidennya bisa menjadi data empiris untuk dibahas dengan Direct Manager-nya di sesi Retro di 1-on-1 bulanan.
Intan menyadari bahwa hal yang dianggapnya sebagai kelebihan juga bisa membuat orang tersakiti. Di sisi lain, posisinya mungkin membuat orang tidak berani untuk memberi tahu Intan. Satu-satunya cara adalah dengan jemput bola dan bertanya.
Because doing the right thing isn’t always obvious.